Berhubung Penulis Orang Minangkabau asli, sedikit mengisikan tulisan berbau sejarah, bukan purbakala, semoga bermanfaat....
Marantau Cino Kontraproduktif Dalam Budaya Minangkabau
Ada banyak pendapat mengenai pusako,
sehingga menyebabkan kesalahpahaman dalam pandangan mengenai hak waris.
Dimana meletakan pusako tingggi dengan pusako randah terjadi kekeliruan
pemahaman oleh anak salingka nagari di ranah minangkabau maupun di
perantauan. Hal ini juga yang menjadi penyebab fenomena marantau cino
dalam budaya minangkabau.
Berikut penjabaran defenisi pusako dalam khazanah adat budaya minangkabau
A. Pusako randah
Pusako randah adalah pencaharian yang asalnya dari hasil pusako tinggi. Pada defenisinya, harta pusako randah bisa menjadi pusako tinggi apabila sudah mencapai 3 generasi.
Pusako randah adalah pencaharian yang asalnya dari hasil pusako tinggi. Pada defenisinya, harta pusako randah bisa menjadi pusako tinggi apabila sudah mencapai 3 generasi.
Sedang harta suami istri dalam sebuah
keluarga baik di minangkabau atau pun diperantauan disebut harta faraidh
(bukan pusako randah) yang hukum warisnya sesuai dengan ajaran syariat
islam.
Orang-orang yang memiliki harta tersebut
mewakafnya untuk generasi penerus. Sebagai contoh seorang nenek yang
memiliki sebidang tanah dapat mewariskan tanah tersebut untuk menjadi
ulayat anak cucunya sehingga bisa dipergunakan oleh kaum tersebut
sehingga menjadi pusako tinggi.
B. Pusako tinggi
Pusako tinggi adalah harta kaum yang diwariskan dari nenek moyang untuk generasi penerus yang berbentuk properti seperti rumah, tanah, sawah, ladang dimana berasal dari generasi sebelumnya (nenek moyang) yang dimanfaatkan untuk generasi penerus kaum tersebut agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk kelangsungan hidup kaum.
Pusako tinggi adalah harta kaum yang diwariskan dari nenek moyang untuk generasi penerus yang berbentuk properti seperti rumah, tanah, sawah, ladang dimana berasal dari generasi sebelumnya (nenek moyang) yang dimanfaatkan untuk generasi penerus kaum tersebut agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk kelangsungan hidup kaum.
Pewarisan hak ulayat/pusako tinggi kaum
tidak pernah berpindah sesuai dengan hukum wakaf dalam ajaran islam.
Dalam pola budaya minangkabau kelangsungan kaum menurut garis perempuan
karena perempuanlah yang tetap tinggal pada kaum tersebut. Dari nenek ke
ibu, dari ibu ke anak perempuan, dari anak perempuan ke cucu perempuan
dan seterusnya, yang lazim disebut pola matrilineal.
Maka sesuai hukum islam pula, suatu harta
wakaf sama seperti harta pusako tinggi, tidak bisa diperjual-belikan
& diwariskan pada pihak-pihak tertentu. Hukum wakaf sama dengan amal
jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka berwakaf bukan sekedar
berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan manfaatnya
terhadap orang yang berwakaf. Hukum waqaf adalah sunah. Ditegaskan dalam
hadits:
اِذَا مَاتَ ابْنَ ادَمَ اِنْقَطَعَ
عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يَنْتَفَعُ
بِهِ اَوْ وَلَدِ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
“Apabila anak Adam meninggal dunia
maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam), yaitu sedekah
jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shaleh
yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Karena itu kaum sebagai pemilik pusako
tinggi yaitu tanah ulayat hanya bisa menggadaikan harta tersebut, yang
mana kegunaannya sebagai gadai untuk kemaslahatan kaum tersebut. Ada
berapa syarat menurut budaya minangkabau apabila pusako hendak
digadaikan :
- Rumah gadang katirisan
Keberadaan rumah gadang bagi masyarakat minangkabau sangat penting sekali. Karena rumah gadang adalah identitas sosial yang menjadi ciri bahwa mereka adalah penduduk asli suatu Nagari. Oleh karena itu apabila tidak ada biaya untuk renovasi rumah gadang, maka Pusako Tinggi dapat digadaikan. - Mayiek tabujua di tangah rumah.
Hal ini disebabkan tidak adanya biaya untuk melakukan penguburan terhadap dunsanak yang berpulang kerahmatullah. Namun sejak lama bisa diantisipasi dengan adanya fungsi surau dalam menjaga fardu kifayah, sehingga faktor ini sangat minim terjadi di minangkabau. - Gadih gadang indak balaki
Garis keturunan sako diturunkan dari pihak perempuan. Hal ini berlangsung turun temurun sehingga dapat berkembang biak menjaga kelangsungan kaum tersebut. Apabila ada perempuan yang sudah berumur belum berkeluarga dan tidak terdapat biaya untuk mencarilkan suami maka pusako bisa digadaikan. - Adaik jo pusako indak tagak (Mambangkik batang tarandam)
Keberlangsungan kaum terletak pada peran penghulu yang memimpin anak kamanakan. Dalam sistem banagari keberadaan suatu kaum diwakili oleh penghulu. Hal-hal yang akan dimusyawarahkan pada limbago adat nagari mengenai kepentingan kaum diwakili oleh ninik mamak penghulu kaum sebagai salah satu unsur tigo tungku sajarangan. Apabila tidak terdapat penghulu pada kaum tersebut, akan memberikan kerugian pada kaum, dimana keterwakilan kaum pada limbago adat nagari tidak ada.
C. Sako
Sako adalah warisan yang tidak berwujud
benda ( immaterial ) tetapi sangat berperan dalam membentuk moralitas
masayarakat minangkabau dan kelestarian adat budaya minangkabau.
Yang termasuk Sako adalah :
Yang termasuk Sako adalah :
- Gelar penghulu (gelar kebesaran).
- Garis keturunan (suku) diwariskan secara turun temurun kepada anak perempuan (matrilineal).
- Pepatah-petitih dan Hukum Adat.
- Tata krama dan adat sopan santun.
Setiap perempuan yang bersuku piliang
maka seluruh anak – anaknya baik laki-laki maupun perempuan bersuku
piliang . Namun si anak laki-laki tidak bisa mewariskan sako kepada anak
keturunannya, sedangkan anak perempuan akan tetap menurunkan sako pada
keturunannya.
Begitu juga dengan pusako, dari
ibu/mandeh diturunkan kepada seluruh anak laki-laki maupun anak
perempuan agar dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kelangsungan hidup
akan kebutuhan nafkah sehari-hari, pendidikan & kesehatan.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah laki-laki bisa menggunakan pusako tinggi ketika bujang & ketika sudah berkeluarga? Jawabanya adalah bisa, namun seperti juga sako, laki-laki tidak bisa mewariskan pusako tinggi kepada tidak bisa diwariskan kepada keturunannya.
Disinilah letak kesalahpahamannya selama
ini , bahwa laki-laki di minangkabau sebenarnya juga berhak terhadap
pusako tinggi, dapat mengolah pusako, memberi nafkah anak & istri
dari hasil pusako tinggi. Namun tidak bisa mewariskan kepada
keturunannya seperti perempuan minang yang bisa terus mewariskan pusako
& sako kepada anak keturunannya.
Pada prakteknya laki-laki diranah minang
jarang yang ada mengolah pusako tinggi kaumnya. Hal ini karenakan istri
dari laki-laki tersebut juga memiliki pusako tinggi pada kaumnya.
Sehingga untuk menafkahi anak & istri laki-laki di minangkabau cukup
dengan mengolah pusako tinggi dari pihak istrinya.
Mengapa demikian? karena alam takambang
manjadi guru, dimana ada hak tentu ada kewajiban, dimana ada betina
tentu ada jantannya, karena Allah SWT telah menjadi kehidupan ini
berpasang-pasangan.
Laki-laki di ranah minang memiliki
tanggung jawab menjaga sako & pusako, membimbing anak kamanakan,
manjago nagari jan binaso, memimpin kaum untuk kemaslahatan nagari.
Dalam konteks masa lampau, dimana perkawinan laki-laki di minangkabau
untuk memilih istri tidak terlalu berjauhan dengan kampung halamannya.
Namun bila ditinjau pada konteks saat
ini, perkawinan bisa berlangsung pada nagari yang berjauhan. Bisa saja
pihak laki-laki berasal dari Lubuk Sikaping Pasaman, sedang pihak
perempuan berasal dari Balai Salasa Pesisir Selatan. Terkadang banyak
didapati laki-laki di minangkabau menikahi perempuan yang bukan berasal
dari minangkabau. Kalau alasan hanya perempuan yang bisa menggunakan
pusako tinggi, bagaimana laki-laki tersebut bisa melaksanakan fungsinya
sebagai mamak? sebagai Penghulu?
Karena kebudayaan selalu bersifat
dinamis, berubah seiring zaman, seiring kemajuan. Sedang yang disebut ”
Indak lakang di nan paneh, indak lapuak di nan hujan adalah adat sabana
adat yaitu ajaran agama islam yang bersumber pada Al Quran & Sunah
Rasullullah SAW. Dimana Allah SWT telah berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
(15 : 9) Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
Dengan begitu bagaimana cara membagi hak
pakai/hak olah dalam pusako tinggi, hal itu dimusyawarahkan oleh seluruh
keluarga yang terdapat di dalam kaum. Untuk itu pula agar mencegah
terjadi perselisihan pada keluarga-keluarga dalam suatu kaum ditunjuklah
seorang laki-laki dari kaum tersebut untuk mengatur secara adil yang
disebut Penghulu, dengan bimbingan dari penghulu
sehingga bisa adil & merata pada masing-masing keluarga.
Kerancuan yang selama ini terjadi adalah
menganggap bahwa laki-laki tidak memiliki hak sama sekali atas pusako
tinggi, hanya memiliki kewajiban menjaga pusako tinggi. Sehingga membawa
kerugian terhadap keberlangsungan kaum tersebut dengan banyaknya
laki-laki minang yang merantau dan tidak pernah kembali ke kampung
halaman, karena sifat yang berat sebelah, memiliki kwajiban namun tidak
berhak atas pusako tinggi. Apabila ini diteruskan, maka hukumnya
laki-laki di ranah minang tidak boleh memakan hidangan yang disajikan
keluarganya apabila berkunjung ke kampung halaman, kerena dia tidak
berhak atas hasil dari pusako tinggi tersebut.
Baa lo kok taka itu? dima lo
latak karugian bagi budaya minang dek marantau cino nan dilakukan anak
nagari minangkabau? bapandai-pandai lo mamak PAM ko mangatokan marantau
cino kontraproduktif dengan budaya minangkabau?
Marantau cino selain merugikan kaum si
laki-laki tersebut, memberikan dampak yang sama kerugiannya pada kaum
istri. Karena laki-laki yang merasa tidak memiliki hak atas pusako
tinggi lebih memilih untuk tetap dirantau hingga akhir hayatnya. Gejala
ini yang sering disebut dalam budaya minang sebagai Marantau Cino.
Efek yang dihasilkan dari marantau cino
tersebut sudah lama dirasakan oleh masyarakat minangkabau, dengan
sepinya kampung halaman, banyaknya rumah-rumah yang kosong, terlantarnya
sawah & ladang, sehingga perkembangan ekonomi & budaya di
nagari dalam keadaaan mati suri atau jalan ditempat.
Hal ini menimbulkan fenomena baru, yaitu berpindahnya pusako tinggi kepada pihak-pihak yang lain. Seperti terjadinya penggadaian hak ulayat secara sepihak. Munculnya oknum-oknum tertentu
yang memanfaatkan situasi, ditenggarai karena berkurangnya kontrol anak
nagari terhadap pusako kaum. Kontrol yang semakin berkurang karena
laki-laki di minangkabau enggan kembali ke kampung halaman.
Dengan begitu berhak pula laki-laki di
minangkabau menetap di kampung halaman kaumnya dengan membawa anak
istrinya (yang beristri non minangkabau), namun pewarisan pusako tinggi
tetap pada pihak perempuan, karena pusako tinggi bersifat wakaf.
Laki-laki miangkabau hanya bisa menggunakan hak pakai.
Dengan demikian peran laki-laki sebagai
mamak terhadap anak kemanakan di kampung halaman bisa tetap terlaksana,
sehingga keberlangsungan suatu kaum bisa tetap terjaga, berkesinambungan
hingga generasi penerus. Dengan demikian apabila pola ini bisa terjaga
anak-kemanakan yang berada dirantau akan tetap menjenguk orang tuanya
yang menetap dikampung pada hari tuanya, sehingga tetap terjaga
kecintaan terhadap kampung halaman pada generasi muda diperantauan.
Dengan demikian generasi muda yang ada dirantau akan kembali ke kampung
halamannya di masa tua mengganti peran mamaknya dalam menjago anak
kamanakan, sako jo pusako, kaum salingka nagari.
Dengan begitu ada pola estafet dimana
orang-orang minangkabau yang telah berpuluh tahun merantau bisa
memberikan pengalamannya kepada generasi muda minangkabau di nagari
untuk bekal menuju perantauan. Apabila hal ini dapat terjaga, selain
dapat memajukan nagari juga membuat pola kaderisasi perantau-perantau
muda yang siap manantang kekerasan kehidupan rantau, sehingga kaderisasi
tidak pernah putus dalam budaya minangkabau.
Dengan pemikiran ini diharapkan dunsanak
yang ada dirantau bisa kembali ke kampung halaman untuk meneruskan
kepepimpinan kaum sebagai penghulu & sebagai mamak sehingga
memberikan manfaat bagi kaumnya (anak kamanakan) dalam adat banagari
& keberlangsungan silaturahim terhadap keluarga-keluarga di dalam
kaum salingka nagari.
Adalah salah apabila suatu ungkapan bahwa
laki-laki tidak bisa menetap di kampung halaman walaupun rumah
dikampung telah kosong bertahun-tahun karena hanya perempuanlah yang
berhak menempati rumah tersebut. Karena dalam ajaran islam
menyia-nyiakan sesuatu itu sangat dibenci oleh Allah SWT. Semoga
kerancuan yang selama ini terjadi bisa kita perbaiki di nagari
masing-masing.
Kok buliah kami batanyo ka dalam hati nan
paliang dalam dunsanak sakalian nan dirantau, tantu ado kainginan
untuak baliak tingga di kampuang halaman sasudah panek bakureh bapuluah
tahun diparantauan? Dek karano pemahaman laki-laki indak bisa mahuni
rumah nan dikampuang, sahinggo niat nan samulo manjadi suruik salangkah.
Satinggi-tingginyo tabangnyo bangau
Sampai mancpai langik biru, baliaknyo ka kubangan juo
Walau bajalan jauah ka rantau
Iduik sanang satiok wakatu, Kampuang halaman takana juo
Sampai mancpai langik biru, baliaknyo ka kubangan juo
Walau bajalan jauah ka rantau
Iduik sanang satiok wakatu, Kampuang halaman takana juo
Menilik dari kondisi ini, sangat
bijaksana apabila anak nagari dikampung halaman bersama anak nagari
diperantauan bahu membahu memajukan kampung halaman dengan kapasitas
yang dimiliki masing-masing anak nagari. Dengan tetap mengedepankan azas
kebersamaan, sifat egaliter, saling menghargai satu sama lain
sajauh-jauh tabang bangau pulangnyo pasti kakubangan juo
sajauah jauah marantau namun kampuang ka dikana juo
sajauah jauah marantau namun kampuang ka dikana juo
Barek samo dipikua, ringan samo di jinjiang
ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun
Sabakek bak siriah, Sarumpun bak sarai
Satumpuak bak pinang, Sadanciang bak basi, Saciok bak ayam
ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun
Sabakek bak siriah, Sarumpun bak sarai
Satumpuak bak pinang, Sadanciang bak basi, Saciok bak ayam
Tatilantang samo minum ambun, tatungkuik samo makan tanah
Tarapuang samo hanyuik, tarandam samo basah
Tatangguak di ikan samo dikaruntuangkan,
Tatangguak di sarok samo diserakkan.
Tarapuang samo hanyuik, tarandam samo basah
Tatangguak di ikan samo dikaruntuangkan,
Tatangguak di sarok samo diserakkan.
Duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang,
kato surang dibulati, kato basamo dipaiyokan
kato surang dibulati, kato basamo dipaiyokan
Baitulah dunsanak kurenah awak nan
kiniko, baa pelaksanannyo dikampuang masing-masing elok kironyo awak
sakaum barundiang basamo-samo. Tantu di zaman nan modren ko kasibukan
sahari-hari tantulah manyita wakatu untuk barundiang.
Kabilo lo ado wakatu untuak barundiang?
Tantu ado waktu nan tapek untuak barundiang. Pabilo ado maso pulang
basamo, elok disisiahkan barapo hari untuak marundiangkan kalangsungan
kaum awak masing-masing.
Kok pulang basamo awak, elok manjago
tingkah jo laku. Jan banampakan bana hasia pancarian di rantau, mak
tagajo hati dunsanak nan lain, nan bisa mengetekan hati dunsanak sasamo
kaum. Kalau lah ketek hati sajak samulo, alah payah untuak ka barundiang
mamajukan nagari awak basamo.
Dek karano sifat membanggakan adalah
bibit kesombongan nan suko bana syaitan bakawan jo awak. Tantunyo
dunsanak sakalian indak lo namuah sapacokian jo syaitan nan dilaknat
Allah SWT hinggo akhir zaman.
Apabila ada yang baik tentunya datang dari Allah SWT,
apabila ada yang buruk tentu datangnya dari kami.
Semoga bermanfaat bagi dunsanak sakalian, amin ya Rabbal alamin.
apabila ada yang buruk tentu datangnya dari kami.
Semoga bermanfaat bagi dunsanak sakalian, amin ya Rabbal alamin.
Dicopy dari Armen Zulkarnain, penulis adalah admin Pituah Adat Minangkabau Facebook;http://armenzulkarnain.wordpress.com, tanpa merubah isi tulisan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar